Sistem demikian banyak digunakan secara luas dalam studi ikan komersial. Yang penting dalam penggunaan klasifikasi tersebut ialah memahami dan mengetahui perbedaan tanda-tanda satu kelas dengan kelas yang lainnya dan keadaan transisi dari dua kelas yang berdekatan.
Pencatatan komposisi tingkat kematangan gonad dihubungkan dengan waktu akan didapat daur perkembangan gonad tersebut, namun bergantung kepada pola dan macam pemijahannya dari spesies yang bersangkutan.
Presentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk menduga terjadinya pemijahan.
Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya panjang, akan ditandai dengan peningkatan presentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan.
Bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad terdiri dari berbagai tingkat dengan presentase yang tidak sama.
Presentase yang tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahannya sepanjang tahun.
Jadi dari daftar komposisi tingkat kematangan gonad ini dapat diperoleh keterangan waktu mulai dan berakhirnya kejadian pemijahan dengan puncaknya.
Sebenarnya penilaian perkembangan gonad yang hanya berdasarkan pada ciri-ciri morfologi saja adalah subyektif dan kurang inofatif karena hanya menerangkan secara kualitatif.
Padahal dalam perkembangan donad tadi selain perkembangan secara morfologi, di dalamnya terdapat perkembangan telur dan berat gonad.
Keterangan perkembangan telur dan gonad ini dapat memberikan informasi tambahan yang dapat dijabarkan secara kualitatif.
Seperti telah dikemukakan bahwa semakin berkembang gonad itu, telur yang terkandung di dalamnya semakin membesar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak berjalan secara bertahap terliput dalam perkembangan telur tadi pada tingkat kematangan.
Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut.
Beberapa jenis ikan komersial dari Laut Jawa telah dilakukan pendahuluan pola pemijahan berdasarkan penyebaran garis tengah telurnya.
Nikolsky pada tahun 1969 menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasakan berat gonad.
Secara alamiah hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhan atau tanpa berat gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh, Nikolsky menamakannya "Coeficient kematangan" yang dinyatakan dalam persen.
Johnson pada tahun 1971 menamakan perbandingan tersebut ialah "index of maturity" namun diantara banyaknya peneliti menamakan index tadi ialah "Gonado Somatic Index". Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu pengukur aktifitas gonad. Brulhet pada tahun 1974 dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama "Raport Gonosomatique".
"Gonado Somatic Index" (GSI) = Wg/W x 100% akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan.
Johnson pada tahun 1971 mendapat nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan dengan GSI 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Adakalanya nilai GSI ini dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad.
Dengan memperbandingkan demikian akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai tinggi morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap saat.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa dalam menilai perkembangan gonad ikan betina selain dilihat hubungan antara GSI dengan TKG, dapat dihubungkan dengan perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis.
Berdasarkan hubungan ini akan didapatkan ukuran garis tengah telur yang terbesar pada waktu akan terjadi pemijahan sebagai ukuran telur yang masak ikut dalam pemijahan. Penelusuran ukuran telur masak dalam komposisi ukuran telur secara keseluruhan dapat menuntun kepada pendugaan pola pemijahan ikan tersebut.
Batts pada tahun 1972 menggunakan perbandingan lain yaitu perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm) dan menanamkan indeks yang didapat "Gonado Index" (GI) dengan perumusan sebagai berikut :
Gonado Index (GI) = Wg/L kubik dikalikan 10 pangkat delapan.
Harga 10 pangkat delapan merupakan faktor agar didapatkan nilai GI mendekati harga satuan sehingga mudah melihat dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi. Tan dan Tan pada tahun 1974 dalam meneliti perkembangan gonad ikan kerapu (hermaprodit) dari pulau Tioman dan Serawak di perairan Laut Cina Selatan, menggunakan GI dengan rumus sebagai berikut :
GI = Wg / L kubik dikalikan 10 pangkat tujuh
Dari sejumlah 68 gonad ikan kerapu, dan didapat nilai puncak GI pada Bulan Agustus. Namun selama bulan Agustus ini didapatkan pula nilai indeks yang menurun. Nilai rata-rata selama dalam puncak tadi ada ikan yang sudah memijah dengan GI yang rendah akan menurunkan nilai rata-rata GI.
Untuk menghindari hal tersebut, Tan dan Tan mengusulkan klasifikasi tingkat kematangan gonad berdasarkan indeks. Klasifikasi ini hanya untuk ikan kerapu betina saja dimana indeks tadi dapat dibuatnya di lapangan atau di laboratorium. Hasil pengkelasan ikan kerapu betina berdasarkan indeks adalah 1-5, hingga 10 - 20 gonad masak.
Berdasarkan perhitungan di atas yang menunjukan adanya peningkatan pada Bulan Agustus yang berarti ada puncak pemijahan.